Sengit! Antara Nikel atau LFP oleh Anies-Prabowo-Ganjar

Sengit! Antara Nikel atau LFP oleh Anies-Prabowo-Ganjar

Calon Presiden (Capres) Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo saat debat Capres 2024 di Kantor KPU RI, Jakarta, Selasa (12/12/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Antara Nikel atau LFP sebagai bahan baku kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) menjadi pembicaraan hangat setelah dibahas dalam debat calon wakil presiden (cawapres) pada Minggu (21/1/2024).

CNBC Indonesia mengundang tim sukses tiap paslon dan ahli dari INDEF untuk berdiskusi dalam Program Your Money Your Vote CNBC Indonesia, Rabu (24/01/2024).

Tokoh yang akan turut berdiskusi diantaranya Wakil Ketua Dewan Pakar TimNas AMIN Amin Subekti, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Eddy Soeparno, Sekretaris Eksekutif Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud Heru Dewanto, serta Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad.

INDEF yang diwakili oleh Tauhid Ahmad menjelaskan bahwa memang pasar dari EV Indonesia https://totogaming.site/ memiliki perkembangan yang baik. Beliau menjelaskan bahwa produk Korea erat kaitannya dengan nikel, sedangkan produk China menggunakan LFP.

Hal ini menjadikan produk China lebih laku di pasar mengingat harganya yang lebih murah dengan penggunaan LFP. Meski demikian, Tauhid menyatakan bahwa produk nikel lebih diminati khususnya untuk digunakan sebagai bahan baja tahan karat dibanding baterai EV.

Dilema yang terjadi saat ini akan terkait dengan adanya pilihan penggunaan produk dalam negeri atau produk yang memiliki harga lebih murah. Berdasarkan hal tersebut, Tauhid menyatakan bahwa persoalan ini menjadi PR Indonesia ke depannya.

Bagaimana pandangan dari perwakilan para paslon?

Anies-Cak Imin

Amin Subekti selaku Dewan Pakar TimNas AMIN menjelaskan pelarangan ekspor nikel yang didasari oleh produksi masif. Amin memandang agresifnya produksi Indonesia berdampak pada produksi yang membanjiri pasar, sehingga oversupply dan harga turun.

Amin juga menjelaskan bahwa perusahaan nikel yang mendisrupsi pasar menyebabkan produsen memilih komoditas lain yang lebih murah dan efisien agar tidak bergantung pada nikel, sehingga perlu pentingnya pengembangan lithium ferro-phosphate (LFP).

Subekti menerangkan terkait pernyataan Cak Imin dalam debat bahwa dua faktor tersebut melandasi pernyataan “hilirisasi ugal-ugalan” yang kurang bermanfaat untuk jangka menengah-panjang. Subekti memandang bahwa hal ini lebih berdampak pada perekonomian jangka pendek yang menunjukkan nilai ekspor melonjak signifikan.

Subekti menyatakan bahwa 75% EV menggunakan nikel (Nickel Manganese Cobalt/NMC), tapi pada 2030 penggunaan NMC hanya tersisa 30% dan beralih ke LFP.

Meski demikian, Subekti juga menekankan bahwa pasangan AMIN tidak anti nikel namun lebih menjelaskan terkait hilirisasi ugal-ugalan yang berdampak pada lingkungan, kerugian masyarakat, dan ketimpangan perekonomian masyarakat Sulawesi Tengah.

Prabowo-Gibran

Pasangan calon Presiden dan wakil Presiden Prabowo-Gibran berkomitmen akan melanjutkan hilirisasi, termasuk nikel. Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran Eddy Soeparno Heru Dewanto pun mengungkapkan rencana yang akan dilakukan jika paslonnya menang.

Eddy Soeparno menanggapi terkait langkah yang akan dilakukan Prabowo-Gibran jika terpilih sebagai capres dan cawapres Indonesia. Eddy memulai dengan penjelasan terkait pernyataan Gibran akan paslon AMIN yang seolah tidak perlu nikel, tetapi lebih condong pada LFP.

Menurut Eddy, Indonesia memiliki penyakit kronis yaitu terkait impor, mulai dari impor BBM, LPG, pangan, termasuk bahan baku. Eddy menyoroti bahwa Indonesia perlu memaksimalkan potensi kekayaan sumber daya alam yang dimiliki seperti nikel dan bukan malah memilih mengimpor lithium yang belum dimiliki.

Eddy meyakini langkah ini dapat memperkuat sektor industri dalam negeri. Menurutnya, sektor industri dalam negeri memang masih rendah hanya berkontribusi 8%, sedangkan Beliau memandang seharusnya dapat mencapai 28-30%.

Alhasil, persoalan ini hanya mampu menyerap tenaga kerja 14% dari sektor industri. Eddy memandang bahwa sektor ini harus dikembangkan, mengingat saat ini sektor industri masih erat kaitannya dengan sisi hulu. Bahkan, industri penengahnya dan hilirnya masih lebih sedikit lagi.

Eddy meyakini bahwa nikel mengalami penurunan disebabkan oleh sisi permintaan yang mengalami penurunan seiring perlambatan perekonomian global. Namun, Beliau memastikan bahwa produksi nikel Indonesia yang terlalu banyak hingga membanjiri pasar global bukanlah penyebab penurunan nilai.

Eddy menjelaskan bahwa memang terdapat koreksi yang wajar pasca terjadinya commodity boom pada dua tahun lalu hingga menyentuh US$ 25 ribu per ton.

Eddy juga menekankan terdapat kebijakan mengerem tingkat ekspor dari produk nikel (setengah jadi) saat ini. Harapannya Indonesia akan mampu mengembangkan teknologi dari hilirisasi sepenuhnya hingga menjadi baterai EV untuk dapat memaksimalkan value chain dari nikel menjadi kendaraan listrik dalam 10-15 tahun mendatang.

Eddy juga menjelaskan bahwa memang sudah banyak perusahaan yang telah mampu mengembangkan bahan baku yang akan digunakan untuk kendaraan listrik (Mix Hydroxide Precipitate/MHP), seperti Vale dan Harita Grup,

Ganjar-Mahfud

Pasangan Ganjar Mahfud yang diwakili oleh Heru Dewanto menyatakan bahwa nikel Indonesia yang terbanyak di dunia dan berkontribusi 22% dari global menjadi keunggulan komparatif bukan keunggulan kompetitif.

Heru menjelaskan terkait bahwa potensi yang dimiliki Indonesia dapat memiliki keunggulan kompetitif, khususnya jika menguasai dari sisi teknologi. Namun, teknologi ini dikuasai oleh satu negara yaitu China dan China di blok oleh Amerika dan Eropa.

Heru menyatakan bahwa 75% pasar mobil listrik terdapat di Amerika dan Eropa, sehingga Indonesia perlu menguasai teknologi pengembangan baterai sendiri. Heru menjelaskan bahwa Ganjar-Mahfud telah melakukan riset untuk mengembangkan value chain dan supply chain untuk dapat melakukan hilirisasi nikel ini.

Heru juga menyoroti bahwa persoalan pengembangan nikel ini juga terkait dengan dampaknya pada pencemaran lingkungan mencapai 1,5 ton limbah. Heru menekankan bahwa tidak mungkin pengembangan kendaraan ramah lingkungan yang masih menggunakan komoditas yang dikeruk dengan tidak memperhatikan lingkungan.

Heru juga menyinggung terkait LFP yang komoditasnya tidak dikuasai Indonesia, sehingga komoditas ini masih kurang cocok untuk Indonesia yang lebih kaya akan nikelnya. Heru menjelaskan bahwa penggunaan LFP memang lebih murah, namun hingga saat ini banyak negara yang mengembangkan kedua teknologi tersebut seperti China dan juga Tesla.

Heru menekankan bahwa pasangan Ganjar Mahfud akan menyelesaikan permasalahan berupa hilirisasi ugal-ugalan yang berdampak pada kecelakaan kerja yang signifikan. Beliau juga mengevaluasi terkait dampaknya pada lingkungan yang memberikan limbah toxic atau beracun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*