PT AirAsia Indonesia Tbk terlalu “gendut” hutang sehingga sahamnya sulit untuk take off. Emiten berkode CMPP tersebut mendapatkan notasi khusus ekuitas negatif dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehingga saham ini mendapatkan rekomendasi strong sell.
Berdasarkan laporan posisi keuangan, CMPP memiliki ekuitas sebesar minus Rp6,69 triliun per September 2022. Jumlah tersebut meningkat sebesar Rp1,5 triliun dibandingkan September 2021.
Sebagai catatan, ekuitas negatif terjadi ketika liabilitas yang nilainya melebihi aset pada laporan posisi keuangan.
Berdasarkan laporan keuangan CMPP, total aset sebesar Rp4,78 triliun pada periode Januari-September 2022. Nilai tersebut turun sebesar Rp364,4 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu total liabilitas CMPP malah meningkat sebesar Rp1,1 triliun menjadi Rp11, 47 triliun per September 2022.
Liabilitas sewa menjadi yang terbesar pada posisi liabilitas perusahaan. Nilainya mencapai Rp5,7 triliun atau 49,6% dari total liabilitas CMPP. Akun ini terdiri adalah hutang untuk sewa pesawat dan mesin pesawat.
Perlu diketahui liabilitas sewa ini memiliki bunga yang harus dibayarkan selama masa sewa selama dua hingga sepuluh tahun. Berdasarkan laporan keuangan CMPP, rata-rata tertimbang suku bunga pinjaman per 1 Januari 2020 sebesar 4,87%.
Berdasarkan jatuh tempo pembayaran liabilitas sewa, bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun sebesar Rp2,4 triliun dan bagian jangka panjang sebesar Rp3,3 triliun.
Jatuh Tempo Pembayaran Liabilitas Sewa (Rp Miliar)
Di sisi lain kas CMPP per September 2022 hanya sebesar Rp132 miliar dan total aset lancar hanya sebesar Rp369,13 miliar.
Besarnya liabilitas sewa CMPP juga berdampak kepada perolehan profitabilitas. Terutama karena timbulnya beban penyusutan aset hak guna, bunga liabilitas sewa, dan beban sewa pesawat jangka pendek. Jika dijumlahkan, beban tersebut mencapai 22,3% dari total beban usaha perusahaan.
CMPP pun ketiban durian runtuh, per September 2022 mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang signifikan yakni 365% menjadi Rp1,2 triliun.
Namun demikian beban yang besar akibat liabilitas sewa dan beban operasional seperti bahan bakar membuat CMPP mengalami rugi usaha senilai Rp1,3 triliun. Sementara rugi bersih yang tercatat yakni Rp1,48 triliun.
Sementara liabilitas kontrak tercatat Rp1,16 triliun, tumbuh 58,11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Liabilitas kontrak sendiri adalah kas yang diterima dari pembelian tiket penerbangan oleh penumpang dengan jadwal penerbangan setelah tanggal 30 September 2022 dan 31 Desember 2021. Artinya ada pertumbuhan penumpang yang menggunakan maskapai AirAsia.
Sejatinya industri penerbangan saat ini mulai cerah sejak virus Covid-19 bisa terkendali di Indonesia. Indikasinya adalah pertumbuhan jumlah penumpang pesawat yang meningkat drastis.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penumpang angkutan udara domestik pada 2022 tumbuh 74,81% dibandingkan 2021 menjadi 52,56 juta orang.
Sementara jumlah penumpang angkutan udara internasional pada 2022 naik 1.030,86% menjadi 7,10 juta orang.
Sayangnya beban besar sewa pesawat menjadi batu sandungan yang harus membuat CMPP mencatatkan rugi bersih.